STATUS DAN PERAN MANUSIA
A. Tinjauan Sosiologis dan Psychologis
Menurut Joseph B. Gitter, sosiologi merupakan suatu studi tentang bentuk dan proses kehidupan manusia. Robert W.O. Brien et. al. mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang interaksi kemanusiaan dan interaksi sosial. Sehubungan dengan itu, Brien berpendapat bahwa perhatian sosiologi tidak lepas dari tingkah laku pribadi, sikap terbuka individu yang dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Ia juga memperhatikan fktor-faktor yang mendorong dan mendidik individu untuk menentukan dan mengambil sikap. Dengan demikian, individu dalam sikap dan tindak tanduknya mampu mempengaruhi orang lain atau masyarakat, atau kelompok di sekitarnya. Namun perlu diperhatikan pula bahwa individu itu sendiri, disamping dibentuk oleh dirinya sendiri juga merupakan hasil bentukan dari masyarakat dan lingkungannya dimana ia hidup.
Faktor-faktor yang ada dalam individu sangat mempengaruhi existensinya. Faktor-faktor yang dimaksud ialah:
- Struktur individu, yaitu segala ciri dan sifat kepribadian yang tetap. Sifat tersebut bergantung pada struktur anatomis individu yang dipengaruhi oleh keturunan seperti pemarah, cerdas dan lain-lain.
- Temporer (keadaan sementara), yaitu suatu kondisi yang dialami oleh setiap individu pada waktu tertentu. Stimulus makanan pada orang lapar, akan lain dibandingkan dengan orang yang masih kenyang.
- Aktivitas yang sedang berlangsung, yaitu aktivitas individu yang sedang dalam keadaan mencapai tujuan. Stimulus yang mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung membuat individu akan melawan atau paling tidak akan acuh. Akan tetapi jikalau stimulusnya sejalan dengan aktivitas yang sedang berjalan, maka akan terjadi reaksi kompromi.
- Respon atau reaksi. Terjadinya respon atau reaksi akan bergantung pada stimulus itu sendiri,. Jika stimulusnya kuat, akan cepat memberi reaksi. Tetapi jika stimulusnya lemah, akan lemah pula reaksinya.
Selain itu, pada manusia juga dikenal adanya insting, yaitu suatu yang telah ada sejak lahir atau dengan kata lain "bawaan lahir". Apabila pembinaan sifat bawaan itu diabaikan maka ia tidak akan berkembang bahkan dapat melemah. Pembinaan terhadap sifat bawaan dilakukan melalui proses yang dikenal dengan pendidikan.
Setiap individu mempunyai status dan peran yang tidak hanya satu macam melainkan multi status. Seseorang yang bernama Ahmad misalnya, yang kebetulan adalah seorang pemuda, mungkin ia juga seorang mahasiswa. Ia mungkin juga berstatus sebagai anak, mungkin juga sebagai calon suami dari seorang gadis. Semua status dan peran itu harus dilakukan sesuai bidangnya. Jika peran yang bermacam-macam itu tidak diperankan dengan benar, maka ia akan mendapatkan sanksi sosial.
B. Tinjauan Al-Qur'an
Berpedoman pada surat Al Baqarah ayat 30 - 36, status dasar manusia yang dipelopori Adam, adalah sebagai khalifah. Jika khalifah dinyatakan sebagai makhluk pemilih atau penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Akan tetapi manusi yang diharapkan berperan sebagai khalifah itu diberikan oleh Allah kecenderungan-kecenderungan negatif yang ada pada nafsnya, seperi kecenderungan untuk sombong, mudah putus asa, lupa diri dan lain sebagainya yang semua itu merupakan alat penguji. Kecenderungan negatif tersebut tidak dapat dihilangkan sama sekali karena justeru itulah yang menjadi salah satu ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Yang dapat dilakukan oleh manusia hanyalah mengurangi dan menetralisasi kecenderungan tersebut serta mengarahkan agar menjadi positif. Untuk dapat menetralisasi dan mengarahkan kecenderungan negatif menjadi positif memerlukan suatu perjuangan yang optimal. Perjuangan itu tidak akan berhasil jika tidak dibimbing. Alat pembimbing itu, tidak lain adalah wahyu dari Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut untuk memulai dari dirinya dan keluarganya. Setelah diri dan keluarganya tahu dan mau dengan ajaran Allah, baru menyampaikannya kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan oleh seorang khalifah sebagaimana yang telah ditunjuk Allah, diantaranya ialah:
- Belajar (surat An-Naml 15-16 dan Al Mukmin: 54)
- Mengajarkan ilmu (Al Baqarah ayat: 31-39)
- Membudayakan ilmu (Al Mu'min: 35)
Haikal dan Ziauddin Sardar mengutip sebuah hadist yang disampaikan Ali Bin Abi Thalib, dimana Nabi menyatakan "Pengetahuan adalah modalku, akal sehat adalah basis beragamaku, iman sebagi fondasiku, keinginan luhur adalah puncak perjalananku, ingat Allah adalah teman perjuanganku, keyakinan adalah hartaku, cita-cita adalah teman sejawatku, ilmu adalah senjataku, sabar adalah perlindungan diriku, ketenangan hati adalah tubuhku, kesederhanaan adalah respek probadiku, meninggalkan sikap santai adalah profesiku, sikap ramah adalah makananku, kebenaran adalah alat pemungkasku, berjuang adalah tabiatkyu, kejujuran adalah bekalku, ketenangan hati adalah pengabdianku dan diperolah dengan ibadah".