Kamis, 09 Februari 2017

STATUS DAN PERAN MANUSIA

STATUS DAN PERAN MANUSIA



A. Tinjauan Sosiologis dan Psychologis
     Menurut Joseph B. Gitter, sosiologi merupakan suatu studi tentang bentuk dan proses kehidupan manusia. Robert W.O. Brien et. al. mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang interaksi kemanusiaan dan interaksi sosial. Sehubungan dengan itu, Brien berpendapat bahwa perhatian sosiologi tidak lepas dari tingkah laku pribadi, sikap terbuka individu yang dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.  Ia juga memperhatikan fktor-faktor yang mendorong dan mendidik individu untuk menentukan dan mengambil sikap. Dengan demikian, individu dalam sikap dan tindak tanduknya mampu mempengaruhi orang lain atau masyarakat, atau kelompok di sekitarnya. Namun perlu diperhatikan pula bahwa individu itu sendiri, disamping dibentuk oleh dirinya sendiri juga merupakan hasil bentukan dari masyarakat dan lingkungannya dimana ia hidup.
     Faktor-faktor yang ada dalam individu sangat mempengaruhi existensinya. Faktor-faktor yang dimaksud ialah:
  1. Struktur individu, yaitu segala ciri dan sifat kepribadian yang tetap. Sifat tersebut bergantung pada struktur anatomis individu yang dipengaruhi oleh keturunan seperti pemarah, cerdas dan lain-lain.
  2. Temporer (keadaan sementara), yaitu suatu kondisi yang dialami oleh setiap individu pada waktu tertentu. Stimulus makanan pada orang lapar, akan lain dibandingkan dengan orang yang masih kenyang.
  3. Aktivitas yang sedang berlangsung, yaitu aktivitas individu yang sedang dalam keadaan mencapai tujuan. Stimulus yang mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung membuat individu akan melawan atau paling tidak akan acuh. Akan tetapi jikalau stimulusnya sejalan dengan aktivitas yang sedang berjalan, maka akan terjadi reaksi kompromi.
  4. Respon atau reaksi. Terjadinya respon atau reaksi akan bergantung pada stimulus itu sendiri,. Jika stimulusnya kuat, akan cepat memberi reaksi. Tetapi jika stimulusnya lemah, akan lemah pula reaksinya. 
     Dalam realitasnya, tindakan seseorang sangat ditentukan oleh motivasi dari tujuan (goal). Motivasi merupakan dorongan dari dalam, sedang tujuan merupakan faktor pendorong dari luar. Fakator pendorong dari luar ini sering lebih dominan pada seseorang sehingga mempengaruhi motivasi.
     Selain itu, pada manusia juga dikenal adanya insting, yaitu suatu yang telah ada sejak lahir atau dengan kata lain "bawaan lahir". Apabila pembinaan sifat bawaan itu diabaikan maka ia tidak akan berkembang bahkan dapat melemah. Pembinaan terhadap sifat bawaan dilakukan melalui proses yang dikenal dengan pendidikan.
     Setiap individu mempunyai status dan peran yang tidak hanya satu macam melainkan multi status. Seseorang yang bernama Ahmad misalnya, yang kebetulan adalah seorang pemuda, mungkin ia juga seorang mahasiswa. Ia mungkin juga berstatus sebagai anak, mungkin juga sebagai calon suami dari seorang gadis. Semua status dan peran itu harus dilakukan sesuai bidangnya. Jika peran yang bermacam-macam itu tidak diperankan dengan benar, maka ia akan mendapatkan sanksi sosial.

B. Tinjauan Al-Qur'an
     Berpedoman pada surat Al Baqarah ayat 30 - 36, status dasar manusia yang dipelopori Adam, adalah sebagai khalifah.  Jika khalifah dinyatakan sebagai makhluk pemilih atau penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Akan tetapi manusi yang diharapkan berperan sebagai khalifah itu diberikan oleh Allah kecenderungan-kecenderungan negatif yang ada pada nafsnya, seperi kecenderungan untuk sombong, mudah putus asa, lupa diri dan lain sebagainya yang semua itu merupakan alat penguji. Kecenderungan negatif tersebut tidak dapat dihilangkan sama sekali karena justeru itulah yang menjadi salah satu ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya.  Yang dapat dilakukan oleh manusia hanyalah mengurangi dan menetralisasi kecenderungan tersebut serta mengarahkan agar menjadi positif.  Untuk dapat menetralisasi dan mengarahkan kecenderungan negatif menjadi positif memerlukan suatu perjuangan yang optimal. Perjuangan itu tidak akan berhasil jika tidak dibimbing. Alat pembimbing itu, tidak lain adalah wahyu dari Allah.
     Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut untuk memulai dari dirinya dan keluarganya. Setelah diri dan keluarganya tahu dan mau dengan ajaran Allah, baru menyampaikannya kepada orang lain.
     Peran yang hendaknya dilakukan oleh seorang khalifah sebagaimana yang telah ditunjuk Allah, diantaranya ialah:
  1. Belajar (surat An-Naml 15-16 dan Al Mukmin: 54)
  2. Mengajarkan ilmu (Al Baqarah ayat: 31-39)
  3. Membudayakan ilmu (Al Mu'min: 35)
     Wujud pembudayaan ilmu Allah ini ialah tercapainya situasi pola hidp dan situasi kehidupan sebagaimana yang dicontohkan Nabi. Dengan demikian, Sunnah Rasul merupakan contoh perwujudan pembudayaan ilmu.
     Haikal dan Ziauddin Sardar mengutip sebuah hadist yang disampaikan Ali Bin Abi Thalib, dimana Nabi menyatakan "Pengetahuan adalah modalku, akal sehat adalah basis beragamaku, iman sebagi fondasiku, keinginan luhur adalah puncak perjalananku, ingat Allah adalah teman perjuanganku, keyakinan adalah hartaku, cita-cita adalah teman sejawatku, ilmu adalah senjataku, sabar adalah perlindungan diriku, ketenangan hati adalah tubuhku, kesederhanaan adalah respek probadiku, meninggalkan sikap santai adalah profesiku, sikap ramah adalah makananku, kebenaran adalah alat pemungkasku, berjuang adalah tabiatkyu, kejujuran adalah bekalku, ketenangan hati adalah pengabdianku dan diperolah dengan ibadah".

Selasa, 07 Februari 2017

KEJADIAN MANUSIA

KEJADIAN MANUSIA
DALAM PANDANGAN SAINTIS DAN PANDANGAN AL-QUR'AN

A. Pandangan Saintis.
     Membahas tentang bio manusia berarti pula membahas asal-usul hidup manusia.  Membahas asal-usul manusia berarti membahas awal kejadiannya, yang lazim disebut dengan manusia Adam maupun manusia setelah Adam.  Tentang asal-usulnya kejadian manusia yang pertama, ada tiga teori yaitu:

1. Teori Evolusi.
     Pada umumnya teori ini dikemukakan oleh seorang sarjana Perancis J>B. de Lamarck, yang menyatakan bahwa kehidupan berkembang dan tumbuh-tumbuhan menuju binatang, dan dari binatang menuju manusia.  Pandangannya waktu itu (1774 - 1829) belum banyak mendapat perhatian, dan baru mendapat tanggapan banyak setelah dipertegas oleh seorang sarjana Inggris, Charles Darwin (1809-1882). Darwin adalah seorang ahli zoologi. Ia menelaah pengalaman-pengalaman dari pemelihara burung merpati di Inggris. Ternyata dengan cara pemeliharaan yang berencana dan takun, dapat diperoleh jenis burung merpati yang jenisnya amat berbeda dari jenis semula.

     Apa yang dapat dicapai oleh manusia dengan cara berencana, dapat pula dicapai oleh cara seleksi alam. Dalam perjuangan hidup, hanya hewan yang paling uletlah yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan iklim dan suasana sekitarnya, dan dialah yang berhasil mempertahankan hidupnya. Dalam bukunya The Origin of Species, ia merumuskan bahwa semua jenis sel binatang berasal dari sel purba. Kemudian dalam bukunya The Descent of Man (asal usul manusia) ia menjelaskan teorinya tentang perkembangan binatang-binatang menuju manusia. Binatang yang paling maju adalah binatang yang mirip kera dengan mengalami sekikit demi sedikit perubahan dan dalam jenisnya yang paling sempurna mengarah menuju wujud manusia.

     Pandangan tersebut kemudian diperkuat dengan penemuan fosil manusia Nedherthal tahun 1856 yaitu suatu lembah di Dussldorf Jerman Barat. Fosil tersebut diperkiran berusia 1 juta tahun dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bentuk dahi rendah, menjorok mundur dengan lengkungan besar di atas mata serta tanpa dagu. Ia menyerupai baik kera manupun manusia, berdiri tegak dan ditemukan pula perkakas-perkakas kerja primitif di sekitarnya.
Sejak itulah teori evolusi menjadi populer dan berkembang terus. Di Jerman mislnya, muncul Ernst Heinrich Haekel (1834-1919) seorang sarjana Ilmu Pengetahuan Alam. Biarpun tidak persis pendapat-pendapatnya, tetapi pada dasarnya adalah merupakan kelanjutan atau pengembangan teori Darwin. Ia berpendapat bahwa sel-sel purba diciptakan oleh Tuhan akan tetapi tidak dalam penciptaan sekalligus.

2. Teori Revolusi
    Revolusi merupakan kebalikan dari evolusi. Jika evolusi adalah merupakan perkembangan atau perubahan perlahan-lahan dari yang sederhana menjadi sempurna, maka revolusi adalah perubahan yang amat cepat bahkan mungkin dari tidak ada menjadi ada. Teori ini sebenarnya adalah kata lain untuk menamakan pandangan penciptaan dengan kuasa Tuhan atas makhlukNya. Pandangan ini merupakan hasil interpretasi umat beragama (Kristen dan Islam) tentang proses kejadian manusia yang dihubungkan dengan kemahakuasaan Tuahan. Di dalam ajaran Kristen bahkan juga Yahudi di jumpai kisah kejadian manusia dalam surat kejadian 1-11 dan 12-50. Ringkasan kisah disarikan oleh Martinus dalam "Bagaimana Agama Kristen memandang teori Darwin", sebagai berikut:
"Hari pertama Tuhan menciptakan terang, pemisah antara terang dan gelap serta pemberian nama. Terang disebut siang serta gelam disebut malam. Hari kedua Allah menciptakan cakrawala dan memisahkan air di ats cakrawala dan di bawah cakrawala. Allah menamai cakrawala itu langit. Hari ketiga, pemisahan air dan darat di cakrawala bagian bawah, maka terjadilah laut dan darat. Hari itu juga Tuhan menciptakan tumbuh-tumbuhan dan pohon di darata. Hari keempat, penciptaan bulan, matahari dan bintang. Hari kelima, penciptaan ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara. Hari keenam, penciptaan binatang di darat dan penciptaan manusia. Hari ketujuh, Allah beristirahat dengan memberi berkat serta menguduskan semua hasil cptaannNya".

     Sementara umat Kristen mengakui bahwa itu adalah kisah yang dikarang oleh manusia dengan mempergunakan bahan-bahan antara lain dari Babilon. Akan tetapi umumnya umat Kristen mengimani bahwa informasi kisah kejadian itu berasal dari Allah karena kitab suci adalah firman Allah.

     Di kalangan sebagian umat Islam, terbentuk opini yang bahkan tidak berlebihan jika dikatakan sebagai kkeyakinan, bahwa manusi dan juga alam semesta ini tercipta secara cepat oleh kuasa Allah (kun fayakun),. Keyakinan tersebut merupakan hasil interpretasi ayat-ayat Al-Qur'an dalam Surat Al-Baqarah 117, Ali Imran 47 dan 59, Al An'am 73, An Nahl 40 dan Surat Yaasin ayat 82. Ayat-ayat tersebut biasa diterjemahkan dengan ungkapan; "jadilah maka terjadilah dia". Terjemahan tesebut dihubungkan dengan ayat-ayat tentang kekuasaan Allah. Imam Al Jalalain dalam menafsirkan surat Al Baqarah ayat 30 tentang kejadian Adam sebagai berikut: "Adam adalah sebagai suatu mahluk yang dicipta dari tanah yang diambil dari berbagtai jenis yar kemudian dicampur dengan air, dibentuk, dan di tiupkan ruh kedalamnya, kemudian menjadi mahluk hidup"

3. Teori evolusi terbatas.
    Teori ini merupakan hasil kompromi dari fihak agama karena alasa-alasan dan pembuktian yang demikian cemerlang dari fihak sarjana-sarjana penganut teori evolusi. Pada dasarnya teori ini seperti dikemukakan Frans Dahler, mengakui bahwa tumbuh-tumbuhan atau binatang atau manusia, selama ribuan dan jutaan tahun, benar-benar mengalamu mutasi (perubahan) yang tidak sedikit. Namun tidak mengakui adanya penyebeerangan antara tingkatan mahluk yang satu menuju tingkatan mahlukyang lain. Tidak benar adanya mutasi dari benda yang tidak berhayat menjadi tumbuh-tumbuhan, dan dapatat tumbuh-tumbuhan menjadi binatang dan dari binatang menjadi manusia. Jika ada perubahan maka perubahan hanya terbatas pada masingmasing tingkatan saja secara horisontal bukan secara vertikal.

B. Pandangan Al Qur'an
    Al-qur'an tidak menjelaskan tentang asal-usul kejadian manusia secara terinci. Ia hanya menjelaskannya secara garis besar. Ayat-ayat tersebut dapat dibaca antara lain pada Surat Nut: 17, Ash-shaffaat: 11, Al Mukminuun: 12-13, Ar-Rum:20, Ali Imran: 59, Assajdah: 7-9, Al Hijr: 28, Al Hajj:: 5, dsb.\
Al Qur'an menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti: Turab, thien, shal-shal, sulalah dan lain-lain.  Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia itu diciptakan oleh Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dalam tanah.Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al Qur'an tidak memberitahukannya secara tegas. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah, karenanya dari pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya dimulai sejak pertemuan antara sperma dengan ovum.

     Bertitik tolak dari ungkapan surat Al Baqarah:30, memang terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat tersebut kata yang dipakai adalah kata "ja]ilun", bukan "khalikun". Jika kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru sama sekali, sedang kata ja'ala mengarah pada sesuatu yang bukan baru, dengan arti kata "memberi bentuk baru". Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan "Apakah Engkau akan menjadikan di bumi itu mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?". Ungkapan malaikat demikian ini memberi gambaran bahwa jenis yang dilihat malaikat selama ini adalah jenis yang selalu merusak alam dan bertumpah darah. Malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi masa depan, sebab yang tahu hanya Allah.
Dengan demikian, Al Qur-an tidak bicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar ialah proses terciptanya manusia yaitu dari tanah, sari pati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, 'alaqah kemudian berkembang menjadi mudghah, ditiupkan ruh, kemudian lahir ke dunia setelah mendekamdalam rahim kangdungan ibu. Ayat berserak, dengan bantuan ilmu pengetahuan akhirnya dapat dipahami urutannya, sehingga pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.

     Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil.  Semua itu bersikat sekadar pengayaan sain untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis itu sendiri hanya bersifat relatif, yang satu saat akan dapat disanggah kembali, jika ada pula penemuan baru. Masalahnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh ulama Islam?